Friday, June 28, 2013

Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas Kebisingan



    A.   Pengertian kebisingan

Apakah kebisingan? Apakah pembicaraan dengan teman dan keluarga termasuk kebisingan? Apakah musik termasuk kebisingan? Apakah mesin pabrik yang bekerja dengan kecepatan tinggi termasuk kebisingan? Yang membedakan antara musik dengan suara pabrik adalah apakah suara tersebut diinginkan. Pada kebanyakan kasus musik adalah suara yang diinginkan, sedangkan suara pabrik adalah suara yang tidak diinginkan. Kendati musik adalah suara yang diinginkan dalam intensitas tinggi dapat merusak pendengaran seperti suara pabrik. Efek kebisingan terhadap kesehatan tergantung dari kerasnya suara dan apakah suara tersebut diinginkan atau tidak. Kualitas suara ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi suara dinyatakan dengan jumlah getaran tiap detik, atau Hertz (Hz). Sedang intensitas suara merupakan besarnya tekanan suara, yang dalam pengukuran sehari-hari dinyatakan dalam perbandingan logaritmis dan menggunakan satuan desibel (dB). Frekuensi suara di bawah 20 Hz disebut sebagai infrasonik, sedang di atas 20.000 Hz merupakan gelombang ultrasonik. Frekuensi antara 20 – 20.000 Hz, dapat didengar oleh telinga manusia. Untuk komunikasi percakapan secara normal,
diperlukan frekuensi antara 250 – 3000 Hz.

Rangsang suara yang berlebihan atau tidak dikehendaki (bising), yang dijumpai di pabrik atau tempat-tempat yang ramai akan mempengaruhi fungsi pendengaran. Berbagai faktor seperti intensitas, frekuensi, jenis atau irama bising, lama pemajanan serta lama waktu istirahat antar dua periode pemajanan, sangat menentukan dalam proses terjadinya ketulian atau kurang pendengaran akibat bising. Demikian juga faktor kepekaan tiap pekerja, seperti umur, pemajanan bising sebelumnya, kondisi kesehatan, penyakit telinga yang pernah diderita, perlu pula dipertimbangkan dalam menentukan gangguan pendengaran akibat bising.

    B.   Suara Yang Tergolong Terlalu Keras

Cara sederhana untuk menentukan apakah tingkat suara yang ada di tempat kerja terlalu keras adalah:
a.       Jika anda harus berteriak atau berbicara keras dari jarak rentangan tangan untuk dapat dimengerti oleh lawan bicara anda.
b.      Jika telinga anda berdengung jika anda meninggalkan lokasi kerja.
c.       Jika anda kesulitan menangkap pembicaraan biasa setelah kerja
d.      Jika anda merasa pusing atau mengantuk karena kebisingan
e.       Jika rekan kerja anda juga memiliki masalah yang sama atau telah diperiksa dokter didiagnosa mengalami gangguan pendengaran.

    C.   Anatomi Telinga Manusia

Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar (outer ear), bagian tengah (middle ear) dan bagian alam (inner ear). Ketiga bagian telinga tersebut memiliki komponen-komponen berbeda dengan fungsi masing-masing dan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara yang berada di sekitar manusia. Tulang berbentuk spiral di bagian dalam telinga disebut cochlea yang dilapisi sel rambut yang halus. Gelombang bunyi dihantarkan dari telinga bagian luar ke telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Pada telinga bagian dalam, gelombang tekan menggerakkan sel rambut, yang lalu mengirim signal ke otak, melalui jaringan syaraf, tentang suara yang didengar telinga.

Kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak sel rambut di bagian dalam telinga dan mengurangi kemampuan telinga untuk mendengar dan menghantarkan informasi ke otak. Jika sel rambut ini rusak, tidak dapat diperbaiki, sehingga kehilangan pendengaran yang terjadi akan permanen.

     D.    Suara di Tempat Kerja

Suara dalam pembahasan Kesehatan dan Keselatan Kerja akan difokuskan pada potensi gelombang suara sebagai salah satu bahaya lingkungan potensial bagi pekerja di tempat kerja beserta teknik-teknik pengendaliannya.

Sumber Suara
Beberapa jenis sumber suara di dalam lingkungan kerja:
a.       Suara mesin
Jenis mesin penghasil suara di tempat kerja sangat bervariasi, demikian pula karakteristik suara yang dihasilkan. Contoh sumber kebisingan di perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan seperti:
􀂙 Mesin pembangkit tenaga listrik seperti genset, mesin diesel, generator
􀂙 Mesin-mesin produksi
􀂙 Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu



Gambar  Mesin Penyerut Kayu

b.       Benturan antara alat kerja dan benda kerja
Proses menggerinda permukaan metal dan umumnya pekerjaan penghalusan permukaan benda kerja, penyemprotan, pengupasan cat, pengelingan, memalu dan pemotongan seperti proses penggergajian kayu dan metal cutting. Kondisi ini akan menimbulkan kebisingan. Penggunaan gergaji bundar (circular blades) dapat menimbulkan tingkat kebisingan antara 80 dB – 120 dB.


Gambar Aktivitas Memotong Besi



c.        Aliran material
Aliran gas, air atau material-material cair dalam pipa distribusi material di tempat kerja, apalagi yang berkaitan dengan proses penambahan tekanan dan pencampuran
sedikit banyak akan menimbulkan kebisingan di tempat kerja.

    E.   Jenis Kebisingan

Suara bisa berubah menjadi salah satu bahaya apabila menimbulkan gangguan secara:
a.       Fisik (menyakitkan telinga pekerja)
b.      Psikis (mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi)

Pada kondisi ini suara sudah berubah menjadi polutan. Polutan tersebut dikenal dengan nama kebisingan.
National Institute of Occupational Safety & Health (NIOSH) mendefinisikan status suara di mana suara berubah menjadi polutan apabila:
1.      Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dB.
2.      Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam.

Kebisingan di lingkungan kerja dibagi menjadi dua jenis, yaitu kebisingan tetap dan kebisingan tidak tetap.


    F.    Nilai Ambang Batas

Kebisingan dapat menyebabkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang pada pendengaran. Untuk menanggulangi kebisingan di pabrik, beberapa Negara menetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan.

Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

Berikut ini batas waktu pemaparan kebisingan per hari yang direkomendasikan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 1999.



Tabel 7.1 Batas Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja


    G.  Pengaruh Kebisingan
            Secara umum pengaruh kebisingan ini dapat dibagi menjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) dan kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di
bawah NAB):
a.       Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi
Pada kondisi ini terjadi kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian. 
Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.
Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan.
b.       Pengaruh Kebisingan Intensitas Rendah
Tingkat kebisingan intensitas rendah atau di bawah NAB banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan dll. Dampak dari kebisingan ini secara fisiologis tidak merusak pendengaran. Namun, kondisi ini sering menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stress dan gangguan kesehatan lainnya. Stress ini dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stress karena kebisingan ini akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur
2.       Gangguan reaksi psikomotor
3.      Kehilangan konsentrasi
4.      Gangguan komunikasi antara lawan bicara
5.      Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja.

    H.  Mengendalikan Tingkat Kebisingan
Jika tingkat kebisingan diatas 85 dBA untuk shift selama 8 jam, 40 jam per minggu, hukum mengharuskan perusahaan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang ada.
a. Pengendalian Teknik di sumber suara adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi tingkat kebisingan. Tindakan yang harus dilakukan pertama-tama adalah sumber suara terkeras. Pengendalian teknik yang dapat dikerjakan adalah sebagai berikut:
1.  Mendesain kembali peralatan untuk mengurangi kecepatan atau benturan  dari bagian yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan pembuangan, mengganti peralatan yang lama dengan peralatan baru yang mempunyai desain lebih baik.
2. Merawat peralatan dengan baik, mengganti bagian yang aus dan memberikan pelumas pada semua bagian bergerak.
3. Mengisolasi peralatan dengan menjauhkannya dari pekerja, atau menutupinya.
4. Memasang peredam getaran dengan menggunakan bantalan karet agar bunyi yang ditimbulkan oleh getaran dan bagian logam dapat dikurangi; dengan mengurangi ketinggian dari tempat barang yang jatuh ke bak atau ban berjalan.
    5. Bahan penyerap bunyi dapat digantung di tempat kerja untuk menyerap bunyi di tempat tersebut

  
Nilai Ambang Batas Getaran


A.   Pengertian Getaran
Selain kebisingan di tempat kerja, getaran juga menjadi sumber masalah yang dapat berpengaruh pada aspek kesehatan. Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia (Keputusan Menteri negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-49/MENLH/1 1/1996).
Pengertian lain menyebutkan bahwa getaran ialah gerakan ossillatory/bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik tertentu. Dalam kesehatan kerja, getaran yang terjadi secara mekanis serta terbagi atas getaran seluruh badan dan getaran tangan-lengan (Buku saku Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari Sucofindo, 2002).
Besaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat percepatan dalam satuan meter per detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran dinyatakan sebagai putaran per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya dalam rentang 0,5 – 4,0 Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz. Sedangkan efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh.
  • 3 — 9 Hz,  akan timbul resonansi pada dada dan perut.
  • 6 — 10 Hz, dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.
  • 10 Hz, leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.
  • 13 — 15 Hz, tenggorokan akan mengalami resonansi.
  • < 20 Hz, tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
Beberapa jenis getaran dan akibatnya pada kesehatan, antara lain meliputi getaran pada seluruh tubuh dan getaran pada lengan. Getaran seluruh tubuh biasanya dialami pengemudi kendaraan dengan akibat yang timbul tergantung kepada jaringan manusia, seperti pada getaran 3 — 6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut), pada getaran 20-30 Hz untuk bagian kepala, dan pada getaran 100-150 Hz untuk rahang. Selain berakibat pada rasa tidak nyaman efek getaran pada organ tubuh yang berlangsung lama, menurut beberapa penelitian dapat menyebabkan orteoartritis tulang belakang. Getaran tangan-lengan, dapat menyebabkan antara lain  timbulnya kelainan pada peredaran darah dan persyarafan,serta kerusakan pada persendian dan tulang-tulang.

B.   Pengaruh Getaran
Secara umum getaran yang diterima pekerja akan mengakibatkan gangguan pada saat bekerja. Pengaruh getaran itu adalah sebagai berikut:
􀂙 Gangguan kenikmatan dalam bekerja
􀂙 Mempercepat terjadinya kelelahan
􀂙 Gangguan kesehatan

Sedangkan bagian tubuh dari pekerja yang terpapar getaran meliputi seluruh badan dan pada bagian lengan dan tangan. Pengaruh getaran pada seluruh badan akan mengakibatkan:
􀂙 Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetaran
􀂙 Kerusakan organ pada bagian dalam.

Pengaruh getaran pada lengan dan tangan dapat menimbulkan:
􀂙 Sakit kepala, dan sakit pada persendian dan otot lengan
􀂙 Indera perasa pada jari-jari menurun fungsinya
􀂙 Terbentuk noda putih pada punggung jari/telapak tangan

C.   Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran

Untuk mengetahui pengaruh getaran terhadap kesehatan kerja, maka perlu diketahui nilai ambang batas dari getaran ini. Cara untuk mengetahui nilai ambang batas dilakukan dengan mengukur getaran yang ada kemudian dibandingkan dengan
NAB yang diijinkan. Berikut ini NAB getaran berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999.


D.   Pengendalian Getaran

Pengendalian getaran pada industri ada beberapa cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Teknis
􀂙 Memakai peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi dengan peredam)
􀂙 Menambah peredam diantara tangan dan alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
􀂙 Merawat peralatan dengan teratur dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan.
􀂙 Meletakkan peralatan dengan teratur alat yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya.
􀂙 Menggunakan remote control, tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh.


2. Pengendalian Administrasi

Dengan cara mengatur waktu kerja, misalnya:
􀂙 Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seorang, tetapi bergantian.
 􀂙 Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku

3. Pengendalian Medis

Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil adalah 2 – 3 tahun
sekali.

4.  Pemakaian Alat Pelindung Diri

Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan  menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).



PRINSIP KERJA MOTOR BAKAR
 DAN KOMPONENNYA

1.     Pengertian Motor Bakar
Motor bakar adalah mesin kalor atau mesin konversi energi yang mengubah energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanik berupa kerja. Pada dasarnya mesin kalor (Heat Engine) dikategorikan menjadi dua (2), yaitu:
a)      External Combustion Engine
Yaitu hasil dari pembakaran udara dan bahan bakar memindahkan panas ke fluida kerja pada siklus. Dimana energi diberikan pada fluida kerja dari sumber luar seperti furnace, geothermal, reaktor nuklir, atau energi surya. Contoh mesin yang termasuk External Combustion Engine adalah turbin uap.
b)      Internal Combustion Engine
Dimana energi didapat dari pembakaran bahan bakar didalam batas sistem sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja. Contoh Internal Combustion Engine adalah Motor Bakar torak dan sistem turbin gas. Jadi motor bakar torak termasuk jenis Internal Combustion Engine.
 
          2. Prinsip Kerja Motor Bakar
Motor bakar torak menggunakan beberapa silinder yang didalamnya terdapat torak yang bergerak translasi bolak-balik ( reciprocating engine ). Didalam silinder itulah terjadi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara. Gas pembakaran yang dihasilkan oleh proses tersebut mampu menggerakkan torak yang dihubungkan dengan poros engkol oleh batang penghubung (batang penggerak). Gerak translasi torak tadi menyebabkan gerak rotasi pada poros engkol dan sebaliknya. Berdasarkan langkah kerjanya, motor bakar torak dibedakan menjadi motor bakar 4 langkah dan motor bakar dua langkah.
a.     Motor Bakar 4 Langkah
Pada motor bakar 4 langkah, setiap 1 siklus kerja memerlukan 4 kali langkah torak atau 2 kali putaran poros engkol, yaitu:
1.      langkah Isap (Suction Stroke)
Torak bergerak dari posisi TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah), dengan katup KI (katup isap) terbuka dan katup KB (katup buang) tertutup. Karena gerakan torak tersebut maka campuran udara dengan bahan bakar pada motor bensin atau udara saja pada motor diesel akan terhisap masuk ke dalam ruang bakar.

2.      Langkah Kompresi (Compression Stroke)
Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB tertutup.Sehingga terjadi proses kompresi yang mengakibatkan tekanan dan temperatur di silinder naik.
3.      Langkah Ekspansi (Expansion Stroke)
Sebelum posisi torak mencapai TMA pada langkah kompresi, pada motor bensin busi dinyalakan, atau pada motor diesel bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar sehingga terjadi proses pembakaran. Akibatnya tekanan dan temperatur di ruang bakar naik lebih tinggi. Sehingga torak mampu melakukan langkah kerja atau langkah ekspansi. Langkah kerja dimulai dari posisi torak pada TMA dan berakhir pada posisi TMB saat KB mulai terbuka pada langkah buang. Langkah ekspansi pada proses ini sering disebut dengan power stroke atau langkah kerja.

4.      Langkah Buang
Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB terbuka. Sehingga gas hasil pembakaran terbuang ke atmosfer.
Skema masing masing langkah gerakan torak di dalam silinder motor bakar 4 langkah tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut


b.    Motor Bakar 2 Langkah
Pada motor bakar 2 langkah, setiap satu siklus kerja memerlukan dua kali langkah torak atau satu kali putaran poros engkol. Motor bakar 2 langkah juga tidak memiliki katup isap (KI) atau katup buang (KB), dan digantikan oleh lubang isap dan lubang buang yang dibuat pada sisi-sisi silinder (cylinder liner). Secara teoritis, pada berat dan displacement yang sama, motor bakar 2 langkah menghasilkan daya sekitar dua kali lipat dari motor bakar 4 langkah, tetapi pada kenyataanya tidak demikian karena efisiensinya lebih rendah akibat pembuangan gas buang yang tidak kompit dan pembuangan sebagian bahan bakar bersama gas buang akibat panggunaan sistem lubang. Tetapi melihat konstruksinya yang lebih simpel dan murah serta memiliki rasio daya – berat dan daya – volume yang tinggi maka motor bakar 2 langkah cocok untuk sepeda motor dan alat-alat pemotong.
Dua langkah kerja motor bakar 2 langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut : 
     1.      Langkah Torak dari TMA ke TMB
Sebelum torak mencapai TMA, busi dinyalakan pada motor bensin (atau bahan bakar dikompresikan pada motor diesel) sehingga terjadi proses pembakaran, karena proses ini torak terdorong dari TMA menuju TMB, langkah ini merupakan langkah kerja dari motor bakar 2 langkah. Saat menuju TMB, piston lebih dulu membuka lubang buang sehingga gas sisa pembakaran terbuang , setelah itu dengan gerakan piston yang menuju TMB, lubang isap terbuka, dan campuran udara bahan bakar pada motor bensin atau udara pada motor diesel akan masuk ke dalam silinder.

     2.      Langkah Torak dari TMB ke TMA
Setelah torak mencapai TMB maka torak kembali menuju TMA. Dengan gerakan ini, sebagian gas sisa yang belum  terbuang akan didorong keluar sepenuhnya. Selain itu, gerakan piston yang turun menuju TMA menyebabkan terjadinya kompresi yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembakaran setelah lubang isap tertutup oleh torak.
Skema masing-masing langkah gerakan torak di dalam silinder motor bakar 2 langkah tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut.


 

3.     Komponen-komponen Engine
Engine terdiri  dari  komponen-komponen  engine  dan   bagian-bagian pendukung kerja engine. Yang dimaksud  komponen-komponen  engine  meliputi: Blok silinder, kepala silinder, mekanik katup, kelengkapan  piston, poros engkol, poros nok dan roda penerus. Sedang bagian-bagian penunjang kerja engine meliputi: Sistem pendinginan, sistem pelumasan, sistem bahan bakar dan sistem pengapian.
1.       Blok silinder (cylinder block) 
Pada bagian linernya sebagai tempat terjadinya proses pembakaran. Selain itu juga sebagai tempat kerjanya komponen-komponen yang  lain seperti piston, poros engkol, poros nok. Pada bagian atas blok silinder dipasang kepala silinder dan pada bagian bawah dipasang panci oli.

2.      Kepala silinder (Cylinder Head)   
Membentuk ruang bakar atau tempat ruang bakar tambahan. Pada kepala silinder juga digunakan untuk menempatkan kelengkapan   mekanik katup, saluran pemasukan dan juga saluran pembuangan.
3.      Mekanik katup (valve mekanism)
Katup pada umumnya diletakkan pada kepala silinder. Metode penggerak mekanik katup menggunakan: timing gear, timing chain   atau dengan timing belt. Adapun fungsi katup untuk membuka dan menutup ruang bakar sesuai proses yang terjadi di dalam silinder.

Gambar : Model Timing Gear
Model  timing  gear  digunakan  pada  motor jenis  OHV  (Over Head Valve) dan menggunakan lifter serta push rod.
Timing gear : untuk  penghubung putaran  poros  engkol  dengan poros nok, sekaligus menepatkan posisi katup dengan piston.




Gambar : Model Timing Chain
Model timing chain digunakan  pada  motor  jenis  OHC  (Over Head Cam  shaft)  atau   DOHC  (Double  Over  Head  Cam  shaft).  Poros Noknya  terletak pada  kepala  silinder, digerakkan oleh rantai, serta Roda  gigi  sprocket sebagai pengganti timing gear. Tegangan rantai diatur oleh tensioner dan getarannya diredam oleh Vibration damper.

Gambar : Model Timing Belt
Pada model timing belt, poros nok digerakkan oleh sabuk yang Bergigi sebagai pengganti rantai. Jenis ini tidak memerlukan tensioner dan pelumasan. Cam shaft dan crank shaft timing pulley: untuk menepatkan posisi katup dengan piston.
4.       Kelengkapan Piston (Piston Assy)     
Piston berfungsi menghisap dan mengkompresi campuran bahan bakar dan udara pada motor bensin atau udara murni pada motor disel, juga sebagai pembentuk ruang bakar. Selain itu piston juga meneruskan tenaga panas hasil pembakaran menjadi tenaga mekanik pada poros engkol melalui batang piston. Kelengkapan piston terdiri dari: Piston, ring piston, pena piston dan batang piston.

Gambar : Konstruksi piston (Torak)

Compression ring grooves: untuk menempatkan ring kompresi
Oil ring grooves: untuk menempatkan ring oli
Piston pin boss: untuk bantalan dudukan pena piston
Piston pin hole: untuk menempatkan pena piston
Lands: sebagai pembatas ring piston
Skirt: sebagai penyerap panas.

Gambar : Ring piston dan alurnya pada piston
Ring piston terdiri dari ring kompresi (compression ring) dan ring Oli (oil ring). Ring kompresi sebagai perapat kompresi sekaligus Perapat agar pembakaran  tidak  merambat ke bawah  piston. Sedang ring oli untuk menyapu oli pelumas pada dinding silinder agar kembali ke panci oli. Untuk motor dua langkah tidak menggunakan ring oli karena panci oli terpisah dengan ruang  engkol.

Gambar : Pena piston (Piston Pin)
Pena piston berfungsi menyambung piston dengan batang piston agar dapat bergerak sesuai fungsinya masing-masing. Oleh sebab itu penyambungan pena piston ada beberapa tipe, antara lain: tipe Fixed, full floating dan semi floating

5.      Poros engkol (Crank shaft)
Poros engkol menerima beban dari piston dan batang piston, akibat tenaga hasil pembakaran. Poros ini berfungsi untuk meneruskan tenaga/putaran ke roda penerus.      


                                               Gambar 39. Poros engkol (crank shaft)
Oil hole: Untuk saluran pelumasan                     
Crank pin: untuk tempat tumpuan big end batang piston   
Crank journal: sebagai titik tumpu pada blok motor           
Counter balance weight: sebagai bobot penyeimbang putaran
6.      Poros nok (Cam shaft)
Poros nok adalah sebuah poros yang dilengkapi dengan nok-nok sebagai penggerak mekanik katup. Poros nok sebagai penggerak mekanik katup ada yang hanya untuk katup buang atau katup  masuk saja, ada pula yang sekaligus menggerakkan katup masuk dan buang.

7.      Roda penerus (Fly wheel)                                   
Roda penerus   dipasang  pada  out put  poros engkol dan berfungsi sebagai  penerus  putaran/tenaga dari  mesin  ke  sistem  pemindah tenaga  kendaraan  (Power  train).  Kecual i itu  roda  penerus  juga untuk  meneruskan  putaran dari motor starter ke poros engkol agar mesin dapat distart.




 
Gambar : Roda penerus (Fly wheel)
8.       Panci oli (Oil punch)                                             
Panci oli dipasang pada blok motor paling bawah dan berfungsi sebagai penampung oli motor.

Gambar : Panci oli (Oil punch)

9.       Sistem pendinginan (Cooling System)
Secara umum sistem pendinginan engine bensin dan disel sama. Sedangkan fungsi utama sistem pendinginan adalah untuk mengontrol suhu kerja engine. Untuk dapat melaksanakan fungsinya, sistem pendinginan dilengkapi dengan komponen-komponen berikut:
Radiator: menampung air pendingin untuk didinginkan.
Slang bawah radiator: Untuk mengalirkan air ke engine.
Slang atas radiator: Untuk mengalirkan air panas dari engine.
Thermostaat: Sebagai pengontrol suhu kerja engine.
Pompa air/Water pump: untuk mensirkulasikan air.
Tali kipas/Fan belt: Untuk menggerakkan kipas pendingin.

10.      Sistem Pelumasan (Lubrycating System)
Sebagian besar mekanik engine yang bergerak memerlukan pelumasan, hal ini dimaksudkan agar komponen-komponen engine tidak cepat aus dan kinerja engine tetap terjaga. Adapun komponen sistem pelumasan meliputi: Saringan (strainer), pompa oli, saringan oli (Oil filter), saluran oli (hole).
11.      Sistem Bahan bakar (Fuel System)
Pada prinsipnya sistem  bahan bakar berfungsi menyuplai bahan bakar sesuai kebutuhan engine. Sistem  bahan  bakar engine bensin menggunakan karburator dan sistem bahan bakar engine disel menggunakan pompa injeksi dan nozel. Sistem bahan bakar engine bensin terdiri dari:
Tangki (Fuel tank): sebagai penampung bahan bakar
Pompa (Fuel pump): Menyuplai bahan bakar dari tangki ke Karburator.
Karburator: Untuk mencampur udara dan bahan bakar.
Saringan : Untuk menyaring bensin dari kotoran yang ada.
12.      Sistem Pengapian konvensional
Sistem pengapian digunakan pada engine bensin, adapun fungsinya memberikan api bertegangan tinggi ke dalam ruang bakar untuk pembakaran. Komponen-komponen sistem pengapian antara lain:
Baterai: sebagai penyimpan arus listrik.
Kunci kontak (Switch): Untuk memutus dan menghubungkan arus listrik dengan sistem.
Koil: Merubah arus primer menjadi arus skunder bertegangan Tinggi.
Distributor: Mendistribusikan/membagi arus tegangan tinggi ke busi-busi.
Kondensator: Menyimpan arus primer saat platina menutup, dan menyalurkan kembali saat platina membuka.
Busi: Meloncatkan api bertegangan tinggi ke dalam ruang bakar untuk pembakaran.


Gambar 48. Sistem pengapian engine bensin konvensional